Sang Pemburu - Kalimantan Tengah

Jumat, 21 Maret 2014
            Dahulu kala ada seorang bernama Sangi. Dia adalah seorang pemburu yang tangguh. Sangi pandai menyumpit buruan. Sumpitannya selalu mengenai sasaran. Setiap kali berburu ia selalu berhasil membawa pulang daging babi hutan dan daging rusa.

            Sangi bertemapt tinggal di sekitar daerah aliran Sungai Mahoroi, anak Sungai Kahayan. Pada suatu hari, Sangi berburu dari pagi hingga petang ia tidak berhasil menemukan seekor binatang pun. Keadaan ini membuatnya kesal. Karena hari telah mulai sore, ia pun pulanglah dengan tangan kosong, dalam perjalanan pulang, ia melihat air tepi sungai sangat keruh. Ini pertanda bahwa seekor babi hutan baru saja meminum air di sana. Dugaannya diperkuat lagi dengan adanya bekas jejak kaki babi hutan.Dengan penuh harapan Sangi terus mengikuti jejak binatang itu. Benar saja…tidak jauh dari sana, ia menemukan babi hutan yang dicarinya itu, tetapi dalam keadaan yang amat mengerikan. Sebagian besar dari tubuh babi hutan itu telah berada di dalam mulut seekor ular raksasa. Kelihatnnya tidak mungkin ia akan hidup kembali. Pemandangan mengerika ini sangat menakutkan Sangi. Ia tidak dapat lari sehingga tidak ada cara lain kecuali bersembunyi di balik semak-semak.
            Setelah beberapa saat, ular raksasa itu tidak dapat menelan mangsanya. Dicoba dan dicobanya berkali-kali, namun selalu gagal. Akhirnya sang luar menghentikan usahanya. Dengan murkanya dipalingkan kepalanya kea rah tempat Sangi bersembunyi. Secara gaib… ia berganti rupa menjadi seorang pemuda yang berwajah tampan. Ia menghampiri Sangi dan memegang lengannya.
              Pemuda itu menggertak dan memerintahkan kepada Sangi, “Telan babi hutan itu bulat-bulat karna engkau telah mengintip sang ular raksasa yang sedang menelan babi hutan.”
             “Saya….tapi saya…tidak…bisa..”
             “Ayo cepat lakukan!!!”
             Dengan rasa penuh ketakutan, Sangi melaksanakan perintah itu. Ajaib sekali, ternyata Sangi mampu melaksanakan perintah pemuda itu dengan mudah sekali, seolah-olah ia sendiri benar-benar seekor ular.
             Pemuda tampan itu berkata bahwa Sangi telah berani mengintainya, sejak saat itu pula Sangi berubah menjadi ular jadi-jadian.
            “Untuk sementara engkau tidak usah risau” kata pemuda itu kepada Sangi. “Selama engkau dapat merahasiakan kejadian ini, engkau akan tetap dapat mempertahankan bentuk manusiamu”
            Pemuda itu menghibur Sangi dengan mengatakan bahwa nasib yang menimpa Sangi sebenarnya tidak terlalu jelek. Sebab, sejak kejadian itu ia bukan lagi merupakan mahkluk yang dapat mati sehingga ia dapat mempertahankan kemudaannya untuk selama-lamanya.
            Demikianlah, Sangi terus berusaha agar rahasianya ini tidak diketahui orang, termasuk anggota kerabatnya sendiri dan anak cucunya. Dengan cara ini ia berhasil mencapai umur 150 tahun. Akan tetapi, keadaan yang luar biasa ini menimbulkan rasa aneh pada keturunannya. Mereka ingin tahu rahasia kakeknya yang dapat berusia panjang dan tetap mempertahankan kemudaannya.
             Oleh karena itu, sejak itu mereka pun mulai menghujani kakek mereka dengan berbagai pertanyaan. Akhirnya karena terus-menerus didesak, Sangi pun terpaksa membuka rahasianya, melanggar larangan berat itu. Sebagai akibatnya, sedikit demi sedikit tubuhnya berganti rupa menjadi seekor ular raksasa. Sadar akan keadaan ini, Sangi menyalahkan keturunannya sebagai penyebab nasib buruk yang menimpanya.
            Dalam keadaan geram ia pun mengutuki keturunannya, yang dalam waktu singkat akan mati seluruhnya dalam suatu pertikaian diatara sesamanya.
            Sebelum Sangi menceburkan diri ke dalam Sungai Kahayan bagian hulu untuk menjadi penjaganya, ia masih sempat mengambil harta pusakanya yang disimpan dalam satu guci cina besar. Harta itu berupa kepingan emas yang lalu ia sebarkan ke air sungai. Sambil melakukan hal ini, ia pun mengucapkan kutukan yang berbunyi : siapa saja yang berani mendulang emas di daerah aliran sungai ini, akan mati tidak lama setelah itu, sehingga hasil emas dulangannya akan dipergunakan untuk mengupacarakan kematiannya.
            Penduduk setempat percaya kisah ini pernah terjadi. Hal ini diperkuat karena di daerah mereka ada anak Sungai Kahayan yang bernama Sungai Sangi. Menurut beberapa orang yang sering berlayar dengan biduk (perahu bermotor), mereka pernah melihat seekor ular raksasa. Kepalanya saja berukuran sebesar drum minyak tanah. Ular raksasa itu mereka lihat berangin-angin diatas bongkahan batu sungai pada bulan purnama di musim kering.
             Selain itu samapai kini orang-orang disana tidak berani mendulang emas yang katanya sebesar biji labu kuning dan banyak terdapat disana.

            Kita janga terlalu ingin tahu rahasia orang, apalagi sampai mendesak agar membukanya. Hal tersebut dapat merugikan diri kita dan orang tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar